by Perdana Akhmad S.Psi
Orang beriman tidak khawatir dengan masa depan dan tidak sedih dengan kejadian yang sudah berlalu. Sehingga dalam hidup mereka dipenuhi dengan semangat dan optimis serta tidak pernah putus asa. Allah Ta’ala berfirman:
أَلا إِنَّ أَوْلِيَاء اللّهِ لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ الَّذِينَ آمَنُواْ وَكَانُواْ يَتَّقُونَ
“ Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. “ ( Qs Yunus : 62-63 )
Virgil Brown, M.D, pimpinan American Heart Association dan profesor ilmu kedokteran pada Emory University di Atlanta, menyebutkan bahwa stroke dimulai dari pengerasan arteri (arteriosklerosis) akibat gaya hidup modern yang penuh stress.
Stress dapat memicu naiknya tekanan darah dan menaikkan kolesterol dalam darah. Kondisi inilah yang membuat pembuluh darah menjadi tersumbat. Stress yang berkepanjangan juga cenderung menyebabkan rasa lelah, depresi, rasa kantuk, meningkatnya kepekaan akan rasa sakit, sakit kepala, demam, dan perasaan kehilangan tenaga.
Sementara menurut Dr. Selye, stress menyebabkan Hipertensi, Tukak lambung, Encok, Asma, Alergi, Jantung dan tidak sedikit berujung pada Stroke.
Oleh karena itu, orang–orang beriman yang hatinya selalu tenang dan tentram serta selalu optimis di dalam menghadapi masa depan, maka Insya Allah akan terhindar dari penyakit-penyakit di atas, terutama penyakit stroke.
Ketiga : Salah satu cara yang paling efektif agar hati menjadi tenang dan tentram adalah dengan selalu mengingat Allah Ta’ala. Mengingat Allah Ta’ala di sini tidak sekedar mengucapkan dzikir atau do’a-do’a tanpa merenungkan artinya. Betapa banyak orang yang setiap harinya berdzikir dan berdo’a serta membaca Al-Qur’an, tetapi hati mereka tetap saja tidak tenang dan tentram. Buktinya, banyak dari mereka yang goncang hidupnya, tidak sabar di dalam menghadapi berbagai ujian dan tantangan, selalu mengeluh dengan keadaan, pikiran dan jiwa mereka stress dengan masalah-masalah keduniaan yang sangat remeh. Akhirnya mereka sakit karena tidak bisa istirahat dan tidur nyenyak, bahkan tidak sedikit yang bunuh diri.
Dengan demikian, berdzikir dan mengingat Allah pada ayat di atas maksudnya adalah mengingat Allah sambil menyakini bahwa Allah Ta’ala satu-satunya Dzat Yang bisa memberi manfaat dan mudharat secara mutlak. Berdzikir kepada Allah sambil menyelami betapa besar nikmat-nikmat-Nya yang diberikan kepadanya, sehingga dzikir seperti itu menumbuhkan rasa syukur yang mendalam dari hati nuraninya terhadap nikmat-nikmat tersebut. Rasa puas dan syukur terhadap apa yang diberikan Allah kepadanya membuat hatinya selalu tenang dan tentram, walaupun dia menghadapi berbagai masalah di dalam kehidupan ini.
Dalam suatu penelitian disebutkan bahwa sebagian orang yang terkena stroke setelah rajin membaca dan mendengar bacaan al Qur’an secara rutin, didapatkan memori verbalnya meningkat sebanyak 60%. Artinya ketenangan jiwa saat membaca Al Qur’an mampu meringankan orang yang menderita stroke. Sebab hati yang tenang bisa menggerakkan lebih banyak lagi mekanisme umum dalam tubuh yang akan memperbaiki dan memperbaharui jaringan syaraf otak pasca serangan stroke.
Keempat : Berdzikir kepada Allah dianjurkan setiap saat, mulai bangun tidur, masuk dan keluar kamar mandi, makan dan minum, menyisir rambut, bercermin dan memakai baju, masuk dan keluar rumah, ketika terdengar suara petir, hujan turun, naik kendaraan, sampai ketika kembali mau tidur.
Semuanya itu dimaksudkan agar kehidupan orang beriman terbentengi dengan dzikir dan mengingat Allah Ta’ala. Karena syetan selalu mencari celah kelengahan manusia untuk masuk ke tubuhnya, mengganggu pikirannya, membuat resah jiwanya, mengobarkan hawa nafsunya, sampai dia terjerumus di dalam kesesatan, kebodohan serta kebinasaan di dunia dan akhirat.
Oleh karenanya, dzkir adalah “Hishnu al Muslim” (benteng orang muslim) dari serangan dan gangguan syetan. Bahkan tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa dzikir juga sebagai benteng orang beriman dari berbagai serangan penyakit, virus dan bakteri.
Kelima : Jiwa yang tenang adalah jiwa yang tidak mudah emosi atau marah. Dia berusaha mengendalikan emosinya walaupun dia mampu meluapkannya, namun dia pilih memaklumi dan memaafkan. Allah berfirman menerangkan sifat
orang yang bertaqwa:
الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاء وَالضَّرَّاء وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
“(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” ( Qs Ali Imran : 134 )
Marah dapat mempengaruhi aliran darah, kinerja jantung, dan dapat memicu stroke. Sebuah penelitian yang melibatkan 1.000 orang yang memiliki riwayat jantung. Ketika diuji dengan hanya mengingatkan penyebab mereka menjadi marah, tekanan darah mereka langsung naik dan 5 – 10% aliran darahnya berkurang.
Mudah-mudahan kita menjadi hamba yang selalu mengingat Allah dan dihindarkan dari stroke. Amin..
Oleh: Dr. Ahmad Zain An Najah, MA (Direktur Pesantren Tinggi Al-lslam, Alumni Univ. Al-Azhar – Cairo).
الَّذِينَ آمَنُواْ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللّهِ أَلاَ بِذِكْرِ اللّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“ Orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. “ ( Qs Ar Ra’du : 28 )
Ayat di atas mengandung beberapa pelajaran, diantaranya:
Ayat di atas mengandung beberapa pelajaran, diantaranya:
Pertama : Islam sangat memperhatikan kesehatan rohani dan jasmani. Perhatian Islam terhadap ketenangan dan ketentraman jiwa jauh lebih besar dari kesehatan fisik. Karena kesehatan dan ketentraman jiwa merupakan kunci dan faktor yang sangat penting untuk meraih kesehatan jasmani, karena keduanya tidak bisa dipisahkan. Kita dapatkan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam yang berhati tenang dan tentram jarang menderita sakit, begitu juga para sahabat dan para pengikutnya sampai hari kiamat.
Indonesia telah mengeluarkan Undang-Undang No.36, Tahun 2009 tentang Kesehatan yang menyatakan bahwa : “Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi.” Kedua : Salah satu sifat orang beriman adalah hati mereka selalu tentram dan tenang, karena menyakini bahwa seluruh kejadian di dunia ini pasti atas kehendak dan izin Allah Ta’ala. Mereka juga menyakini bahwa tidak ada yang bisa memberikan manfaat dan mudharat secara mutlak kecuali Allah Ta’ala. Mereka hanya menyembah, bertawakkal, menggantungkan segala sesuatu, memohon, meminta pertolongan, meminta kesembuhan ketika sakit, memohon rizqi hanya kepada Allah Ta’ala saja.Orang beriman tidak khawatir dengan masa depan dan tidak sedih dengan kejadian yang sudah berlalu. Sehingga dalam hidup mereka dipenuhi dengan semangat dan optimis serta tidak pernah putus asa. Allah Ta’ala berfirman:
أَلا إِنَّ أَوْلِيَاء اللّهِ لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ الَّذِينَ آمَنُواْ وَكَانُواْ يَتَّقُونَ
“ Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. “ ( Qs Yunus : 62-63 )
Virgil Brown, M.D, pimpinan American Heart Association dan profesor ilmu kedokteran pada Emory University di Atlanta, menyebutkan bahwa stroke dimulai dari pengerasan arteri (arteriosklerosis) akibat gaya hidup modern yang penuh stress.
Stress dapat memicu naiknya tekanan darah dan menaikkan kolesterol dalam darah. Kondisi inilah yang membuat pembuluh darah menjadi tersumbat. Stress yang berkepanjangan juga cenderung menyebabkan rasa lelah, depresi, rasa kantuk, meningkatnya kepekaan akan rasa sakit, sakit kepala, demam, dan perasaan kehilangan tenaga.
Sementara menurut Dr. Selye, stress menyebabkan Hipertensi, Tukak lambung, Encok, Asma, Alergi, Jantung dan tidak sedikit berujung pada Stroke.
Oleh karena itu, orang–orang beriman yang hatinya selalu tenang dan tentram serta selalu optimis di dalam menghadapi masa depan, maka Insya Allah akan terhindar dari penyakit-penyakit di atas, terutama penyakit stroke.
Ketiga : Salah satu cara yang paling efektif agar hati menjadi tenang dan tentram adalah dengan selalu mengingat Allah Ta’ala. Mengingat Allah Ta’ala di sini tidak sekedar mengucapkan dzikir atau do’a-do’a tanpa merenungkan artinya. Betapa banyak orang yang setiap harinya berdzikir dan berdo’a serta membaca Al-Qur’an, tetapi hati mereka tetap saja tidak tenang dan tentram. Buktinya, banyak dari mereka yang goncang hidupnya, tidak sabar di dalam menghadapi berbagai ujian dan tantangan, selalu mengeluh dengan keadaan, pikiran dan jiwa mereka stress dengan masalah-masalah keduniaan yang sangat remeh. Akhirnya mereka sakit karena tidak bisa istirahat dan tidur nyenyak, bahkan tidak sedikit yang bunuh diri.
Dengan demikian, berdzikir dan mengingat Allah pada ayat di atas maksudnya adalah mengingat Allah sambil menyakini bahwa Allah Ta’ala satu-satunya Dzat Yang bisa memberi manfaat dan mudharat secara mutlak. Berdzikir kepada Allah sambil menyelami betapa besar nikmat-nikmat-Nya yang diberikan kepadanya, sehingga dzikir seperti itu menumbuhkan rasa syukur yang mendalam dari hati nuraninya terhadap nikmat-nikmat tersebut. Rasa puas dan syukur terhadap apa yang diberikan Allah kepadanya membuat hatinya selalu tenang dan tentram, walaupun dia menghadapi berbagai masalah di dalam kehidupan ini.
Dalam suatu penelitian disebutkan bahwa sebagian orang yang terkena stroke setelah rajin membaca dan mendengar bacaan al Qur’an secara rutin, didapatkan memori verbalnya meningkat sebanyak 60%. Artinya ketenangan jiwa saat membaca Al Qur’an mampu meringankan orang yang menderita stroke. Sebab hati yang tenang bisa menggerakkan lebih banyak lagi mekanisme umum dalam tubuh yang akan memperbaiki dan memperbaharui jaringan syaraf otak pasca serangan stroke.
Keempat : Berdzikir kepada Allah dianjurkan setiap saat, mulai bangun tidur, masuk dan keluar kamar mandi, makan dan minum, menyisir rambut, bercermin dan memakai baju, masuk dan keluar rumah, ketika terdengar suara petir, hujan turun, naik kendaraan, sampai ketika kembali mau tidur.
Semuanya itu dimaksudkan agar kehidupan orang beriman terbentengi dengan dzikir dan mengingat Allah Ta’ala. Karena syetan selalu mencari celah kelengahan manusia untuk masuk ke tubuhnya, mengganggu pikirannya, membuat resah jiwanya, mengobarkan hawa nafsunya, sampai dia terjerumus di dalam kesesatan, kebodohan serta kebinasaan di dunia dan akhirat.
Oleh karenanya, dzkir adalah “Hishnu al Muslim” (benteng orang muslim) dari serangan dan gangguan syetan. Bahkan tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa dzikir juga sebagai benteng orang beriman dari berbagai serangan penyakit, virus dan bakteri.
Kelima : Jiwa yang tenang adalah jiwa yang tidak mudah emosi atau marah. Dia berusaha mengendalikan emosinya walaupun dia mampu meluapkannya, namun dia pilih memaklumi dan memaafkan. Allah berfirman menerangkan sifat
orang yang bertaqwa:
الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاء وَالضَّرَّاء وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
“(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” ( Qs Ali Imran : 134 )
Marah dapat mempengaruhi aliran darah, kinerja jantung, dan dapat memicu stroke. Sebuah penelitian yang melibatkan 1.000 orang yang memiliki riwayat jantung. Ketika diuji dengan hanya mengingatkan penyebab mereka menjadi marah, tekanan darah mereka langsung naik dan 5 – 10% aliran darahnya berkurang.
Mudah-mudahan kita menjadi hamba yang selalu mengingat Allah dan dihindarkan dari stroke. Amin..
Oleh: Dr. Ahmad Zain An Najah, MA (Direktur Pesantren Tinggi Al-lslam, Alumni Univ. Al-Azhar – Cairo).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar